Sunday, July 18, 2010

Tak Lagi Anak-Anak


Tadi aku berkunjung kerumah bude. Sengaja, karena ingin bertemu dengan kakak sepupu saya, Ratnasari Dewi, yang sedang pulang dari kuliahnya di Amerika. Temu kangen, dan memang sangat kangen. Maklum, jarang sekali berkumpul bersama kakak-kakak sepupuku lagi, Mbak Dewi, Mbak Shinta, Mbak Wulan.

Dulu, saat masih kecil, setidaknya mungkin sebulan sekali aku dan mas Bayu berkunjung kerumah bude. Hanya untuk bermain boneka atau membaca komik di kamar mereka. Semakin besar, kami tetap meluangkan waktu untuk menonton film bersama di bioskop, jalan-jalan bersama keluarga besar, makan bersama, dan masih banyak lagi.

Sekarang, aku (sebagai adek paling kecil diantara kami berlima) sudah memasuki jenjang perkuliahan selama 1 tahun. Kalau diingat-ingat jarang sekali kami bisa berkumpul seperti dulu. Mbak Dewi sedang kuliah S2 di Amerika, Mbak Shinta dan Mbak Wulan sibuk dengan pekerjaannya, Mas Bayu juga sibuk kuliah. Sedangkan aku? Mungkin aku memang belum terlalu sibuk, tapi aku jarang pulang. Maklum, Jogja-Bekasi, makan waktu banyak di perjalanan, hehe.

Kami memang masih sempat sekali-dua kali berkumpul untuk karaoke, atau makan bersama. Tapi itu bisa dihitung dengan jari berapa kali kesempatannya. Yah, memang kami bukan lagi anak-anak SD yang masih bisa pergi jalan-jalan kemanapun kami mau. Sudah ada hal-hal yang harus kami jalani masing-masing dengan penuh tanggung jawab. Aku tidak menyesali itu, aku hanya tiba-tiba menyadari bahwa kami tak lagi anak-anak. Celotehan tawa masih ada, berkumpul masih disempatkan, namun dengan topik dan kondisi yang berbeda.

Aku masih akan selalu merindukan kebersamaan itu. Tadi, Mbak Wulan berkata, " Gue tadinya sih ada rencana ngajak lo jalan dek. Kan Mbak Dewi berangkat ke Amrik sm Bang Ipul, Mbak Shinta mau honeymoon sm Anwar, nah daripada gue beres-beres rumah, mendingan kita jalan kan?"
Ah, sebentar lagi rumah bude pasti akan sepi. Mungkin bude akan segera punya cucu. Kami memang bukan lagi anak-anak.

Friday, July 16, 2010

Curhatan Ibuku


Aku bersyukur sekali memiliki seorang ibu yang sangat percaya pada anaknya. Ibu percaya bahwa aku akan menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggaannya. Ibu percaya bahwa aku memiliki karakteristik yang menyerupai dirinya. Ibu percaya bahwa aku bisa menjadi keberuntungan baginya (amiiiin).

Hari ini, ibu banyak sekali menceritakan kisah hidupnya padaku. Kisahnya saat berada di rumah kakaknya selama 7 tahun. Suka dan duka saat ibu tinggal bersama kakak-kakaknya. Keluguannya akan sebuah hubungan berpacaran. Kepolosannya terhadap laki-laki. Kisah cintanya yang berakhir setelah 10 tahun lamanya. Banyak, bahkan terlalu banyak untukku. Aku senang ibu percaya aku untuk menjadi pendengar kisah hidupnya. Aku belajar banyak dari cerita yang ibu berikan padaku. Banyak hal-hal lucu dan menyedihkan akibat dari keluguan ibuku. Bahkan ibu sempat meneteskan air mata saat bercerita tentang kakaknya.

Aku mendapatkan nilai yang besar dari cerita ibuku. Nilai bahwa para wanita dari keluargaku memiliki mental dan tenaga seperti baja, namun dibalik itu semua terdapat kesabaran tiada tara. Ketahanan para wanita di keluargaku dalm menghadapi cobaan, tudingan, hinaan patut diacungi ratusan jempol. Aku takjub. Dan aku sekali lagi bersyukur pada-Mu ya Allah, karena Engkau telah mengijinkan aku untuk berada ditengah-tengah sosok yang hebat menurutku.

Ibuku menggambarkan bahwa hubungan rumah tangga senantiasa dirundung masalah, dan masalah tersebut tidak pernah berhenti mendera. Ibuku menganjurkan bahwa pacaran itu penting untuk mengetahui seperti apa sosok laki-laki dalam memandang wanita sebenarnya. Ibuku menceritakan bahwa dalam menjalin hubungan itu bukan semata-mata tentang seorang pria dan wanita yang saling mencintai. Tapi hubungan cinta antar pihak yang berada di sekeliling pria dan wanita tersebut juga harus dibentuk. Itu sebabnya sangatlah penting untuk mengetahui latar belakang pasangan masing-masing, agar tidak terjadi kekecewaan.

Terlalu banyak yang harus aku tuliskan disini sebenarnya. Tapi biarlah nilai itu kusimpan sendiri di benakku. Cerita seorang ibu tidak akan habis untuk terus didengar. Terlalu banyak. Beruntunglah kalian yang pernah mendapatkan cerita kehidupan dari seorang ibu. Karena itu sangat mahal nilainya.

Wednesday, July 14, 2010

a moment to remember

mungkin ini hal yang sepele
tapi hal ini terkadang memiliki pengaruh besar
akhirnya, ia mengatakannya.
kata-kata yang tak pernah ia ucapkan sejak dulu
akhirnya ia membalasnya
beruntungnya aku telah diberikan waktu untuk menyaksikan a moment to remember bersamanya.
akhirnya ia pun sadar, aku butuh kata itu.
akhirnya, aku tak perlu menunggunya membalas kata-kataku
karena ia telah mengatakannya terlebih dahulu.

Tuesday, July 13, 2010

Aku dikelilingi oleh orang-orang yang HEBAT menurutku
dan aku harus berusaha untuk bisa menjadi seperti mereka
dan LEBIH HEBAT dari mereka
 

Blog Template by YummyLolly.com